Khutbah Jumat 14 Mei 2021
“Melepas Kepergian Ramadhan”, Khutbah Jumat 14 Mei 2021 – Bulan Ramadhan baru saja meninggalkan kita, semoga di tahun depan kita masih diberi kesempatan untuk kembali bertemu dengan bulan penuh berkah dan ampunan. Saat ini memasuki bulan Syawal, apa saja yang harus kita persiapkan menjadi satu tema materi Khutbah Jumat kali ini, silahkan disimak, semoga bermanfaat.
“Melepas Kepergian Ramadhan”
KHUTBAH I
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
,قال الله تعالى فى كتابه الكريم،
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال الله تعالى ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.أَمَّا بَعْدُ،
“Melepas Kepergian Ramadhan”, Khutbah Jumat 14 Mei 2021 – Hadirin Jamaah Jumah Rahimakumullah, Puji dan syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang selalu tercurah kepada kita. Hingga masih bisa menikmati terangnya siang dan sejuknyamalam, berkesempatan menikmati ibadah di bulan suci Ramadhan dan kembali mengalami indahnya hari Idul Fitri, serta melaksanakan ibadah shalat Jum’at di tempat yang mulia ini. Shalawat dan salam senantiasa berlimpah kepada sang kekasih Allah, Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassalam, panutan dan penuntun kepada akhlak mulia, yang sikap dan perilakunya menjadi teladan bagi kita semua umat-umatnya.
Mengawali khutbah Jum’at ini, kami mengingatkan diri kami pribadi dan mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala, mempertajam kesadaran ilahiah, mempertebal sikap berserah diri dengan selalu menambah ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
Hadirin Jamaah Jumah Rahimakumullah,
Matahari selalu menghadirkan hari yang baru di setiap pagi, siang dan malam terus berlalu silih berganti, waktu terus berjalan seiring terus saja kita menambah dosa-dosa kita sementara amal ibadah masih biasa-biasa saja. Baru saja berlalu, kehadiran Ramadhan menyapa dan sekarang telah pergi meninggalkan kita.
Kita lepas kepergian Ramadhan dengan kesedihan, renungan dan pertanyaan, akankah Ramadhan kembali lagi tahun depan, bahkan kita tidak tahu, takkan pernah tahu mungkin saja Allah belum menakdirkan kita bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan, bisa jadi Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir bagi kita. Bulan Ramadhan yang diibaratkan sebuah madrasah, maka kita telah menyelesaikannya, perkara lulus atau tidak mari kita tanya diri kita sendiri-sendiri. Jika diibaratkan perang maka kita telah menyelesaikannya, perkara menang atau kalah hanya kita sendiri yang mampu menjawabnya.
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali Imran 165)
Hadirin Jamaah Jumah Rahimakumullah,
Selesai Ramadhan apakah kita telah berubah menjadi lebih baik, atau sama saja dengan masa sebelum Ramadhan, atau justru semakin jauh dari ketaatan? Lihatlah diri kita, bukankah seringkali kita merasa paling besar dan paling benar, seolah orang lain selalu lebih kecil dan salah. Kita berlagak seolah kita adalah Tuhan yang kuasa atas segala keadaan. Tidakkah kita sadar, bahwa kita sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat-sangat lemah, maka kepada siapa lagi kita berharap selain kepada Allah swt yang telah menciptakan kita dan dengan kasih sayang Allahlah kita diberi kesempatan menikmati hidup di dunia milik Allah ini.
Seiring dengan berlalunya Bulan suci Ramadhan. Banyak pelajaran hukum dan hikmah, faidah dan fadhilah yang dapat kita petik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Satu bulan penuh , 12 jam setiap hari, mulai terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, semula sesuatu yang halal menjadi haram, bahkan makan dan minum yang semula halal bagi manusia di sepanjang hari, maka di bulan Ramadhan diharamkan. Tapi setelah semua cobaan yg kita lewati pernahkah kita memperhatikan pelajarannya, bahwa semua orang pernah merasa kenyang tapi tidak semuanya pernah merasakan lapar. Bulan Ramadhan melatih kita untuk bertahan.
Maka apa sesungguhnya yang menahan kaki kita hingga malas beribadah? Apakah yang menahan kepala kita sehingga tidak mau menunduk untuk bersujud? Apakah yang menahan lidah kita sehingga kaku dan kelu mengucapkan dzikir dan takbir?? Apakah yang menahan hati kita sehingga sulit merindukan Allah? Apakah yang menahan pikiran kita sehingga tidak mendambakan surga? Apakah yang mendorong jiwa kita sehingga cenderung ke neraka? Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu padahal hawa nafsu itu mendorong kepada keburukan. Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang kita durhaka kepada Allah. Na’udzu billah min dzalik…
Berbahagialah kita karena hingga saat ini kita dimudahkan oleh Allah untuk bersujud, rukuk, dihadapan Allah. Janganlah karena perilaku kita yang menetang Allah menjadikan Allah semakin murka kepada kita. Janganlah karena kesombongan dan kebodohan kita menjadi sebab terhalangnya kita dari jalan surga dan menghalangi kita mendekati Allah swt. Maka bersyukur kepada Allah atas segala karunia ini. Karunia iman dan islam. Apalah artinya kesenangan sesaat di dunia tapi membawa penyesalan berkepanjangan di akherat kelak. Apakah selepas ramadhan semakin dekat dengan Islam ataukah justru semakin jauh?? hanya diri kita sendiri yang nanti akan membuktikan.
Jangan sampai pelajaran-pelajaran berharga yang kita petik selama Ramadhan hilang tidak terlihat bekasnya, pergi bersamaan dengan berlalunya bulan Ramadhan. Allah berfirman dalamm Surat An Nahl ayat 92 yang artinya : “Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya setelah dipintal dengan kuat menjadi bercerai-berai kembali”
“Melepas Kepergian Ramadhan”, Khutbah Jumat 14 Mei 2021 – Hadirin Jamaah Jumah Rahimakumullah, Para ulama mengatakan bahwa salah satu tanda diterimanya amal kebaikan seseorang adalah melakukan amal kebaikan setelahnya. Artinya, jika seseorang diberi kemudahan untuk melakukan amal-amal kebaikan setelah bulan Ramadhan, tetap semangat melakukan berbagai kebaikan meski telah meninggalkan Ramadhan, maka hal itu pertanda bahwa ibadah puasanya dan berbagai ibadah lainnya selama Ramadhan diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Setelah kita menempa diri di Madrasah Ramadhan, maka semestinya hati kita telah bersih dari penyakit-penyakit hati yang membahayakan, diri kita terbiasa melakukan berbagai ketaatan dan kebaikan, keimanan kita semakin kokoh tak tergoyahkan. Mudah-mudahan madrasah Ramadhan menjadikan dosa-dosa kita diampuni oleh Allah, kebaikan kita semakin bertambah, derajat kita semakin tinggi, dan kita dibebaskan dari api neraka.
Jangan lupa untuk mengiringi puasa Ramadhan dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal sehingga kita dicatat sebagai orang-orang yang mendapatkan keutamaan seperti berpuasa selama setahun penuh. Setelah usai menjalankan ibadah puasa Ramadan, umat Muslim dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk melaksanakan puasa selama enam hari pada bulan Syawal. Hal ini sebagaimana telah diceritakan oleh sahabat Abu Ayyub al-Anshari:
عنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ”
Artinya: Abu Ayyub al-Anshari bercerita bahwa Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang puasa Ramadhan, kemudian dia melanjutkan dengan enam hari pada bulan Syawwal maka jadilah puasanya seperi satu tahun” Hadits ini diriwayatkan oleh banyak ulama hadits, diantaranya adalah imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, al-Tirmizi, al_nasai, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban. Kualitas dari hadits ini adalah shahih, dari segi ilmu hadits maupun dalam pandangan ulama fikih sepakat mengatakan bahwa hadits ini bisa diamalkan.
BACA SELANJUTNYA...
0 Komentar